
Mengenal Suatu Suku San, Yang Terbilang Suku Tertua Dan Terbesar di Afrika
Selain wisata alamnya yang luar biasa, Afrika juga dikenal dengan banyak budaya dan sukunya. Suku-suku ini masih bisa Anda temukan saat ini ketika Anda mengunjungi Benua Hitam. Dari sekian banyak suku di Afrika, ada satu yang sangat populer di kalangan wisatawan. Suku San, suku ini dikenal sebagai suku terbesar dan tertua di Afrika.
Menurut situs resmi Taman Nasional Krueger, suku San telah mendiami daerah tersebut sejak awal Zaman Batu, sekitar 20.000 tahun yang lalu. Nenek moyang suku San dianggap sebagai penduduk asli wilayah Botswana. Secara historis, kehadiran mereka telah tercermin di Pegunungan Tsodilo di Botswana utara, membangun rumah di gua atau di bawah singkapan berbatu. Di wilayah ini, peralatan batu dan seni batu telah ada selama ribuan tahun.
Suku San Melawan Kelompok Penjajah
Suku San sendiri juga diyakini telah menetap di sebagian Gurun Kalahari hingga ke Sungai Molopo. Kata San awalnya digunakan untuk menggambarkan orang Afrika Selatan yang membuat hidup mereka seperti berburu. Itu juga tergantung pada hubungan antara sejarah dan bahasa. Sejak kedatangan koloni Belanda, San telah disebut Bushmen atau orang hutan. Mereka memenangkan periode ini selama perang melawan penjajah yang mereka anggap sebagai hadiah atas keberanian mereka melawan kolonialisme.
Namun julukan ini memiliki arti yang bermakna, berasal dari kata boss yang berarti kriminal atau gangster, sehingga penyebutan Bushmen telah dihilangkan karena dianggap menghina kelompok mereka. Hidung memiliki sejarah kemiskinan yang menyedihkan, stigma sosial, diskriminasi kelompok, dan penurunan identitas budaya. Pada abad ke-17, ketika orang kulit putih pulang, orang Afrika Selatan dibagi menjadi tiga kelompok yang berbeda termasuk; pemburu (San), gembala (Khoikhoi) dan petani (BaNtu). Sebelumnya, Sanku hidup damai dengan penutur bahasa Nguni (subkelompok bahasa BaNtu; Zulu, Xhosa, Swazi, dan Ndebele).
Berburu Hewan Tanpa Senjata
Namun sayang, Tribo San akhirnya melawan kelompok Bantu karena perselisihan. Ketika Sanku melawan Bantu, mereka mengalami kerugian besar, tidak hanya dalam jumlah tetapi juga tanpa senjata. Hal ini juga diperkuat dengan adanya pendatang dari Eropa yang akhirnya memperburuk suku San. Suku San mengalami perbudakan dan banyak dari mereka juga meninggal setelah perang imigran dari Eropa.
Kehidupan suku San.
Orang San memiliki budaya nomaden. Mereka pindah ke daerah tertentu tergantung pada ketersediaan sumber daya seperti air, hewan buruan, dan tanaman yang dapat dimakan, karena mereka tidak tumbuh atau berperilaku seperti hewan ternak. Berburu dan mengumpulkan adalah bagian dari keahlian Anda. Keterampilan berburu hidung memungkinkan mereka untuk membedakan jejak hewan yang terluka dari kawanan lainnya.
Cara Bertahan Hidup Satwa Liar
Metode berburu menggunakan perangkap, terkadang busur dan anak panah diracuni dengan racun berbahaya. Racun biasanya dibuat dari larva serangga kecil, bisa ular, atau tanaman bunga Euphorbia. Mereka juga dikenal memiliki keterampilan bertahan hidup satwa liar. Suku San juga bisa memilah-milah ribuan tumbuhan dan kegunaannya, mulai dari nutrisi hingga sediaan racun dan sediaan jamu. Selain itu, San juga terkenal dengan pembuatan karya seni batu. Foto-foto yang mereka ambil sering menunjukkan kehidupan mereka, berburu dan hal-hal lain. Selama ini, hidung umumnya percaya dan memuja dewa, menghormati roh yang mati, dan ada sekelompok kecil orang yang menyembah bulan.
Upacara keagamaan diadakan untuk memperingati peristiwa penting. Mereka menampilkan berbagai tarian yang dipandang sebagai cara untuk menyembuhkan suatu kelompok. Dari tahun 1950-an hingga 1990-an, beberapa San menjadi petani karena program modernisasi pemerintah. Meskipun mereka telah mengubah cara hidup mereka, mereka memberikan banyak informasi tentang humaniora dan genetika.
Sebuah studi tentang keragaman genetik yang diselesaikan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa Sanku adalah satu dari lima orang dengan tingkat keragaman genetik tertinggi di antara 121 orang Afrika. Pada tahun 2010, ada antara 50.000 dan 60.000 San di Botswana.